9 Jenis Pangan yang paling mungkin penyebab Keracunan
Keracunan pangan terjadi ketika orang mengonsumsi pangan yang terkontaminasi bakteri, parasit, virus, atau racun berbahaya.
Juga dikenal sebagai penyakit bawaan pangan (Foodborne illness), dapat menyebabkan berbagai gejala, paling sering kram perut, diare, muntah, mual dan kehilangan nafsu makan.
Wanita hamil, anak kecil, orang tua dan orang dengan penyakit kronis memiliki risiko lebih besar terkena keracunan pangan.
Pangan tertentu lebih mungkin menyebabkan keracunan pangan daripada yang lain, terutama jika tidak disimpan, disiapkan, atau dimasak dengan tidak benar.
Baca juga:
https://seisnews.org/2022/keracunan-pangan-gejala-umum-dan-penyebab-utamanya/
https://seisnews.org/2022/keracunan-pangan-perawatan-diagnosa-risiko-pencegahannya/
Berikut adalah 9 pangan teratas yang paling mungkin menyebabkan keracunan pangan.
1. Unggas
Unggas mentah dan setengah matang seperti ayam, bebek, dan kalkun memiliki risiko tinggi menyebabkan keracunan pangan.
Hal ini terutama disebabkan oleh dua jenis bakteri, Campylobacter dan Salmonella, yang biasa ditemukan di usus dan bulu burung jenis ini.
Bakteri ini sering mencemari daging unggas segar selama proses penyembelihan, dan dapat bertahan sampai proses pemasakan membunuhnya.
Faktanya, penelitian dari Inggris, AS, dan Irlandia menemukan bahwa 41-84% ayam mentah yang dijual di supermarket terkontaminasi bakteri Campylobacter dan 4-5% terkontaminasi Salmonella.
Tingkat kontaminasi Campylobacter sedikit lebih rendah pada daging kalkun mentah, berkisar antara 14-56%, sedangkan tingkat kontaminasi untuk daging bebek mentah adalah 36%.
Kabar baiknya adalah meskipun bakteri berbahaya ini dapat hidup pada unggas mentah, tetapi bisa benar-benar hilang saat daging dimasak dengan matang.
Untuk mengurangi risiko, maka pastikan daging unggas benar-benar matang. Jangan mencuci daging mentah, jika ingin disimpan/ tidak segera dimasak, karena akan meningkatkan jumlah mikroba di permukaan dan mempercepat pembusukan. Pastikan daging mentah tidak bersentuhan dengan peralatan, permukaan dapur, talenan, dan pangan lainnya, karena dapat mengakibatkan kontaminasi silang.
RINGKASAN
Unggas mentah dan setengah matang adalah sumber umum keracunan pangan. Untuk mengurangi risiko, masak daging ayam, bebek, dan kalkun secara menyeluruh. Hal ini akan menghilangkan bakteri berbahaya.
2. Sayuran dan Sayuran Hijau
Sayuran dan sayuran hijau adalah sumber umum keracunan pangan, terutama jika dikonsumsi mentah.
Faktanya, buah-buahan dan sayuran telah menyebabkan sejumlah wabah keracunan pangan, terutama selada, bayam, kol, seledri, dan tomat.
Sayuran dan sayuran berdaun hijau dapat terkontaminasi bakteri berbahaya, seperti E. coli, Salmonella, dan Listeria. Ini dapat terjadi di berbagai tahap rantai pasokan.
Kontaminasi dapat berasal dari air yang tidak bersih dan limpasan yang kotor, yang dapat merembes ke tanah tempat buah dan sayuran ditanam.
Bisa juga terjadi dari peralatan pengolahan yang kotor dan praktik penyiapan pangan yang tidak higienis. Sayuran hijau sangat berisiko karena sering dikonsumsi mentah.
Faktanya, antara tahun 1973 dan 2012, 85% dari wabah keracunan pangan di Amerika Serikat disebabkan oleh sayuran hijau seperti kubis, kangkung, selada, dan bayam. Setelah ditelusuri, keracunan pangan ini kebanyakan disiapkan di restoran atau fasilitas katering.
Untuk meminimalkan risiko, maka selalu cuci daun salad secara menyeluruh sebelum dimakan. Jangan membeli paket campuran salad yang berisi gabungan sayuran segar dan daun busuk dan lembek. Hindari salad yang sudah disiapkan sebelumnya yang dibiarkan pada suhu kamar, karena tidak adanya proses pemanasan pada salad maka bakteri alami yang berada pada sayuran akan terus berkembang dengan jumlah yang melebihi kemampuan tubuh untuk menangkal racun.
RINGKASAN
Sayuran dan sayuran hijau seringkali dapat membawa bakteri berbahaya seperti E. coli, Salmonella dan Listeria. Untuk mengurangi risiko, maka selalu cuci sayuran dan daun salad dengan bersih dan hanya beli salad kemasan yang telah didinginkan.
3. Ikan dan Kerang
Ikan dan kerang adalah sumber umum keracunan pangan.
Ikan yang tidak disimpan pada suhu yang tepat memiliki risiko tinggi terkontaminasi histamin, toksin yang dihasilkan oleh bakteri pada ikan.
Histamin tidak dapat dihancurkan oleh suhu memasak normal dan menghasilkan jenis keracunan pangan yang dikenal sebagai keracunan scombroid. Racun ini menyebabkan berbagai gejala termasuk mual, sesak nafas dan pembengkakan pada wajah dan lidah.
Jenis keracunan pangan lain yang disebabkan oleh ikan yang terkontaminasi adalah keracunan ikan ciguatera (CFP/ ciguatera fish poisoning). Ini terjadi karena racun yang disebut ciguatoxin, yang sebagian besar ditemukan di perairan tropis yang hangat.
Setidaknya 10.000-50.000 orang yang tinggal di atau mengunjungi daerah tropis menderita CFP setiap tahun, menurut perkiraan. Seperti histamin, racun itu tidak dihancurkan oleh suhu memasak normal sehingga racun berbahaya tetap ada meskipun sudah dimasak.
Kerang-kerangan seperti kerang besar, remis, tiram dan scallops juga membawa risiko keracunan pangan. Alga yang dikonsumsi kerang menghasilkan banyak racun, dan ini dapat menumpuk di daging kerang, menimbulkan bahaya bagi manusia saat mengonsumsi kerang.
Kerang yang dibeli di toko biasanya aman untuk dimakan. Namun, kerang yang ditangkap dari area yang tidak diawasi mungkin tidak aman karena kontaminasi dari limbah, saluran air hujan, dan tangki septik.
Untuk mengurangi risiko, belilah produk laut di toko atau supermarket dan pastikan menyimpannya di lemari es sebelum dimasak. Pastikan ikan sudah matang, dan masak kerang, remis, dan tiram sampai cangkangnya terbuka. Buanglah cangkang yang tidak terbuka.
RINGKASAN
Ikan dan kerang adalah sumber umum keracunan pangan karena adanya histamin dan racun. Untuk mengurangi risiko, belilah produk laut yang dibeli di toko atau supermarket dan simpan dalam keadaan dingin sebelum dimasak.
4. Nasi
Beras adalah salah satu biji-bijian sereal tertua dan pangan utama bagi lebih dari setengah populasi dunia. Namun, ini adalah pangan berisiko tinggi dalam hal keracunan pangan.
Beras dapat terkontaminasi spora Bacillus cereus, bakteri yang menghasilkan racun yang menyebabkan keracunan pangan.
Spora ini dapat hidup dalam kondisi kering. Misalnya, dapat bertahan hidup dalam tempat penyimpanan beras di dapur. Bakteri ini juga bisa bertahan dari proses pemasakan.
Jika nasi yang dimasak dibiarkan pada suhu kamar, spora ini tumbuh menjadi bakteri yang berkembang biak. Suhu maksimum bakteri ini berkembang biak adalah di lingkungan yang hangat dan lembab. Semakin lama nasi dibiarkan pada suhu kamar, semakin besar kemungkinan tidak aman untuk dikonsumsi.
Ini juga menjadi dasar mengapa rice warmer kini di setting suhu lebih tinggi sehingga cepat kering. Hal ini dilakukan untuk mencegah bakteri ini berkembang biak dengan cepat.
Untuk mengurangi risiko, sajikan nasi segera setelah dimasak dan dinginkan nasi sisa secepat mungkin setelah dimasak. Saat memanaskan kembali nasi yang dimasak, pastikan nasi mengepul panas.
RINGKASAN
Beras adalah pangan berisiko tinggi karena Bacillus cereus. Spora bakteri ini dapat hidup pada beras, dan dapat tumbuh dan berkembang biak setelah nasi dimasak. Untuk mengurangi risiko, makan nasi segera setelah dimasak dan dinginkan sisa nasi dengan segera.
5. Daging Deli
Daging deli termasuk ham, bacon, salami dan hot dog bisa menjadi sumber keracunan pangan.
Produk ini dapat terkontaminasi dengan bakteri berbahaya termasuk Listeria dan Staphylococcus aureus pada beberapa tahap selama pemrosesan dan pembuatan.
Kontaminasi dapat terjadi secara langsung melalui kontak dengan daging mentah yang terkontaminasi atau oleh kebersihan yang buruk oleh staf toko pangan, praktik pembersihan yang buruk, dan kontaminasi silang dari peralatan yang tidak bersih seperti pisau pengiris.
Tingkat Listeria yang dilaporkan dalam irisan daging sapi, kalkun, ayam, ham, dan pate berkisar antara 0–6%.
Dari semua kematian yang disebabkan oleh daging deli yang terkontaminasi Listeria, 83% disebabkan oleh daging deli yang diiris dan dikemas di konter deli, sementara 17% disebabkan oleh produk daging deli yang sudah dikemas sebelumnya.
Penting untuk dicatat bahwa semua daging membawa risiko keracunan pangan jika tidak dimasak atau disimpan dengan benar.
Hotdog, daging cincang, sosis, dan bacon harus dimasak dengan matang dan harus dikonsumsi segera setelah dimasak. Irisan daging makan siang harus disimpan di lemari es sampai siap untuk dimakan.
RINGKASAN
Daging deli termasuk ham, salami dan hot dog dapat terkontaminasi bakteri penyebab keracunan pangan. Penting untuk menyimpan daging deli di lemari es dan memasak daging secara menyeluruh sebelum dimakan.
6. Susu yang Tidak Dipasteurisasi
Pasteurisasi adalah proses pemanasan cairan atau pangan untuk membunuh mikroorganisme berbahaya.
Produsen pangan mempasteurisasi produk susu termasuk susu dan keju agar aman dikonsumsi. Pasteurisasi membunuh bakteri dan parasit berbahaya seperti Brucella, Campylobacter, Cryptosporidium, E. coli, Listeria dan Salmonella.
Faktanya, penjualan susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi adalah ilegal di 20 negara bagian Amerika Serikat, namun di berbagai negara masih belum ditetapkan.
Antara 1993 dan 2006, ada lebih dari 1.500 kasus keracunan pangan, 202 rawat inap dan dua kematian di Amerika Serikat akibat minum susu atau makan keju yang dibuat dengan susu yang tidak dipasteurisasi.
Terlebih lagi, susu yang tidak dipasteurisasi setidaknya 150 kali lebih mungkin menyebabkan keracunan pangan dan 13 kali lebih mungkin mengakibatkan rawat inap daripada produk susu yang dipasteurisasi.
Di Indonesia sendiri pernah terjadi beberapa kasus keracunan susu, baik yang sudah dipasteurisasi, bahkan sudah sterilisasi.
Untuk meminimalkan risiko keracunan pangan dari produk susu yang tidak dipasteurisasi, belilah produk yang dipasteurisasi saja, bahkan sudah di sterilisasi. Simpan semua produk susu pada atau di bawah 40°F (5°C) dan buang produk susu yang sudah melewati tanggal penggunaannya.
RINGKASAN
Pasteurisasi melibatkan pemanasan makanan dan minuman untuk membunuh mikroorganisme berbahaya seperti bakteri. Susu yang tidak dipasteurisasi telah dikaitkan secara valid dengan risiko tinggi keracunan pangan.
7. Telur
Meskipun telur sangat bergizi dan serbaguna, telur juga bisa menjadi sumber keracunan pangan saat dikonsumsi mentah atau setengah matang.
Ini karena telur dapat membawa bakteri Salmonella, yang dapat mencemari kulit telur dan bagian dalam telur.
Pada 1970-an dan 1980-an, telur yang terkontaminasi merupakan sumber utama keracunan Salmonella di Amerika Serikat. Kabar baiknya adalah bahwa sejak tahun 1990, perbaikan telah dilakukan dalam pemrosesan dan produksi telur, yang menyebabkan lebih sedikit wabah Salmonella.
Meskipun demikian, setiap tahun telur yang terkontaminasi Salmonella menyebabkan sekitar 79.000 kasus keracunan pangan dan 30 kematian, menurut Badan Pengawas Obat dan Pangan Amerika Serikat (FDA).
Di Indonesia ketentuan terkait kebersihan telur mulai digalakan. Telur-telur harus dalam kondisi bebas dari kotoran ketika diedarkan.
Untuk mengurangi risiko, jangan mengonsumsi telur dengan cangkang yang retak atau kotor. Jika memungkinkan, pilih telur yang dipasteurisasi dalam resep yang membutuhkan telur mentah atau sebaiknya dimasak sebentar seperti mayonnaise dan krim kue.
RINGKASAN
Telur mentah dan setengah matang dapat membawa bakteri Salmonella. Pilih telur yang dipasteurisasi jika memungkinkan dan hindari telur yang cangkangnya retak atau kotor.
8. Buah
Sejumlah produk buah-buahan termasuk buah berry, melon, dan salad buah yang telah disiapkan sebelumnya telah dikaitkan dengan wabah keracunan pangan.
Buah-buahan yang ditanam di tanah seperti blewah (rockmelon), semangka dan melon memiliki risiko tinggi menyebabkan keracunan pangan karena bakteri Listeria, yang dapat tumbuh di kulit dan menyebar ke daging.
Antara tahun 1973 dan 2011, ada 34 wabah keracunan pangan yang dilaporkan terkait dengan melon di Amerika Serikat. Hal ini mengakibatkan 3.602 kasus dilaporkan sakit, 322 rawat inap dan 46 kematian.
Blewah menyumbang 56% dari wabah, semangka menyumbang 38% dan melon menyumbang 6%.
Blewah adalah buah yang sangat berisiko tinggi karena kulitnya yang kasar dan berjaring, yang memberikan perlindungan bagi Listeria dan bakteri lainnya. Ini membuat sulit untuk menghilangkan bakteri sepenuhnya, bahkan dengan proses pembersihan.
Buah berry segar dan beku termasuk raspberry, blackberry, stroberi dan blueberry juga merupakan sumber umum keracunan pangan karena virus dan bakteri berbahaya, terutama virus hepatitis A.
Penyebab utama kontaminasi berry karena tumbuh di air yang terkontaminasi, praktik kebersihan yang buruk dari pemetik berry dan kontaminasi silang dengan buah yang terinfeksi selama pemrosesan.
Mencuci buah sebelum dimakan dapat mengurangi risikonya, begitu juga dengan memasaknya. Jika makan melon, pastikan untuk mencuci kulitnya. Makan buah segera setelah dipotong atau letakkan di lemari es. Hindari salad buah kemasan yang belum didinginkan atau disimpan di lemari es.
RINGKASAN
Buah-buahan membawa risiko tinggi keracunan pangan, terutama melon dan buah berry. Selalu cuci buah sebelum dimakan dan langsung makan buah yang baru dipotong atau simpan di lemari es.
9. Kecambah
Kecambah mentah apapun, termasuk kecambah alfalfa, bunga matahari, kacang hijau dan kecambah semanggi, dianggap memiliki risiko tinggi menyebabkan keracunan pangan.
Hal ini terutama karena adanya bakteri Salmonella, E. coli dan Listeria.
Benih membutuhkan kondisi yang hangat, lembab, dan kaya nutrisi agar kecambah dapat tumbuh. Kondisi ini sangat ideal untuk pertumbuhan bakteri yang cepat.
Dari tahun 1998 hingga 2010, 33 wabah dari benih dan tauge didokumentasikan di Amerika Serikat, dan dilaporkan telah mempengaruhi 1.330 orang.
Pada tahun 2014, tauge yang terkontaminasi bakteri Salmonella menyebabkan keracunan pangan pada 115 orang, seperempat di antaranya dirawat di rumah sakit.
FDA menyarankan agar wanita hamil menghindari mengonsumsi semua jenis kecambah mentah. Ini karena wanita hamil sangat rentan terhadap efek bakteri berbahaya.
Untungnya, memasak kecambah membantu membunuh mikroorganisme berbahaya dan mengurangi risiko keracunan pangan.
RINGKASAN
Kecambah tumbuh dalam kondisi lembab, hangat dan merupakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan bakteri. Memasak kecambah dapat membantu mengurangi risiko keracunan pangan.
Cara Mengurangi Risiko Keracunan Pangan
Berikut adalah beberapa tips sederhana untuk membantu meminimalkan risiko keracunan pangan:
- Praktek kebersihan yang baik: Cuci tangan dengan sabun dan air panas sebelum menyiapkan pangan. Selalu cuci tangan segera setelah menyentuh daging mentah dan unggas.
- Hindari mencuci daging mentah dan unggas: Ini tidak membunuh bakteri — hanya menyebarkannya ke pangan lain, peralatan masak, dan permukaan dapur.
- Hindari kontaminasi silang: Gunakan talenan dan pisau terpisah, terutama untuk daging mentah dan unggas.
- Jangan abaikan tanggal penggunaan: Untuk alasan kesehatan dan keamanan, pangan tidak boleh dimakan setelah tanggal penggunaan. Periksa tanggal penggunaan pada pangan secara teratur dan buang yang sudah lewat, meskipun jika pangan terlihat dan beraroma masih baik.
- Masak daging secara menyeluruh: Pastikan daging giling, sosis, dan unggas matang hingga ke tengah. Jus harus jernih setelah dimasak.
- Cuci produk segar: Cuci sayuran hijau, sayuran, dan buah-buahan sebelum memakannya, meskipun sudah dikemas sebelumnya.
- Simpan pangan pada suhu yang aman: di atas atau dibawah suhu 40–140 °F (5–60 °C) karena suhu ini adalah ideal untuk pertumbuhan bakteri. Jangan tinggalkan sisa pangan di suhu ruangan. Sebagai gantinya, letakkan di lemari es.
RINGKASAN
Ada sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko keracunan pangan. Biasakan praktek kebersihan yang baik, periksa tanggal penggunaan, cuci buah dan sayuran sebelum memakannya dan jauhkan pangan dari zona suhu berbahaya 40–140 °F (5–60 °C).
Hal yang perlu digarisbawahi
Keracunan pangan adalah penyakit yang disebabkan oleh mengkonsumsi pangan yang terkontaminasi bakteri, virus atau racun.
Hal ini dapat mengakibatkan berbagai gejala seperti kram perut, diare, muntah dan bahkan kematian.
Unggas, pangan laut, daging deli, telur, susu yang tidak dipasteurisasi, nasi, buah-buahan dan sayuran memiliki risiko tinggi keracunan pangan, terutama jika tidak disimpan, disiapkan, atau dimasak dengan benar.
Untuk meminimalkan risiko, ikuti tip sederhana yang tercantum di atas untuk memastikan kita berhati-hati saat membeli, menangani, dan menyiapkan pangan ini.
Saksikan juga di channel youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCpnF7R6RJL0s1yrWU5dO2ZQ
Disadur dan ditulis oleh LR dari Healthline.